Minggu, 15 Desember 2013

apa..



Gerimis malam ini...
Aku lupa bagaimana caranya menulis,
Aku lupa bagaimana cara menarasikan hari-hariku akhir-akhir ini. Hari ini aku menulis sekadarnya saja. Tulisan ini hanya curahan yang dibersamai gerimis sederhana.
8 juni sudah berlalu selama 188 hari lamanya. Selama itu pula banyak kisah yang telah terlewati dengan cara yang unik. Aku dan dia, yang sejak tanggal itu berubah menjadi kami, mencoba untuk terus bertahan. Ada satu hal yang ingin aku tegaskan di sini, aku sudah tak pernah meningat 16 februari lagi. Aku melupakan tentang hujan, indomie goreng, tentang gitar dan kursi bambu, dan aku sudah melupakan semua itu. Tapi kali ini aku menyinggungnya karena kamu juga selalu mempertanyakannya. Kamu selalu meragukan antara aku dan masa lalu itu, yang jelas-jelas takkan pernah kembali.
Jika aku membalas pesan singkatnya, itu semata-mata hanya karena ingin menjaga hubungan baik sebagai teman, hanya itu. Aku tak suka memiliki musuh, apalagi yang notabennya seseorang yang pernah istimewa, mantan. Jika kamu tak memahami itu, artinya kamu juga belum mengenal aku sepenuhnya. Aku selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan siapapun, sekalipun itu orang yang sangat aku benci. Aku membenci ay*hku, mungkin dia adalah orang yang tidak akan pernah aku maafkan di dunia ini.  tapi aku selalu berusaha membangun hubungan baik dengannya, meski itu sulit sesulit-sulitnya. Aku membenci mantannya mantanku, cewek yang selalu mengusik hidupku selama setahun lebih. tapi ketika dia menghubungiku aku berusaha bersikap biasa, aku tak menunjukkan bagaimana dan sebesar apa aku tak menyukainya. Aku benci orang-orang yang pernah meredahkanku, dan keluargaku, mereka yang menghina atau yang menyakiti hati kami.  tapi aku berusaha tidak terlalu sibuk membencinya. Lebih baik aku menghindar dari orang-orang itu daripada mereka harus melihat kebenciannku. Aku lebih baik diam. Mungkin kamu memang belum mengenalku, itulah kenapa kamu melarangku membalas pesan singkat apalagi telepon darinya.
Kita sudah berjalan setengah tahun, aku hanya ingin kita lebih dewasa menyikapi ini. Jika aku yang lupa bersikap kekanak-kanakan coba ingatkan aku. Begitupun sebaliknya, aku akan mengingatkanmu ketika kamu bertindak sepeti anak kecil. Aku lelah jika kita harus meributkan hal-hal yang sebenarnya sepele, namun dipresepsikan serius.
Hari-hariku yang berat, aku tak pernah meratapinya. Tentang tuntutan ini itu yang entah sanggup atau tidak aku menjalaninya. Tentang perjalanan studiku dan beban hidup yang mungkin kelihatan mudah, aku sengaja tak membaginya denganmu karena aku hanya akan merasa semakin malang ketika menceritakan itu semua kepadamu. Ketika aku merasa benar-benar malang seperti malam ini, hanya air mata yang berusaha menjelaskannya. Aku malu jika harus menceritakan kesepianku pada siapapun, termasuk kamu. Aku malu jika orang lain melihatku menangisi jalan takdirku. Aku nggak butuh belas kasihan !
 Gerimis malam ini semakin deras,
Kamu ingat nggak , ketika disuatu malam kita ngobrol lewat telepon kemudian aku menceritakan semua tentang keluargaku. Saat dimana aku menangis sejadi-jadinya, dan mungkin saat itu kamu juga ikut meneteskan air mata. Sejak malam itu aku tidak pernah menangisi jalannku, setiap hari aku pura-pura kuat, aku mengalihkan kesepianku lewat teman-temannku. Aku berusaha seolah-olah ratapan seperti malam itu tidak pernah ada, aku berusaha dewasa. tapi malam ini aku gagal, aku kembali rapuh...
 Dan malam ini, kita sedang berkomunikasi. Lewat pesan-pesan singkatku aku mengirimkan emot senyum aku mengatakan sedang menulis ini yang akan segera ku posting. Aku berusaha membohongimu jika aku sedang tersenyum jika aku sedang tertawa lewat tanda seperi ini :D. Aku bohong. Aku menangis...
Kadang aku berpikir apakah aku kuat, bukan untuk hubungan kita. Melainkan untuk jalan hidupku...

Minggu, 01 Desember 2013

Tentang Rasa

"Back To December"

I'm so glad you made time to see me.
How's life? Tell me how's your family?
I haven't seen them in a while.
You've been good, busier than ever,
We small talk, work and the weather,
Your guard is up and I know why.
Because the last time you saw me
Is still burned in the back of your mind.
You gave me roses and I left them there to die.

So this is me swallowing my pride,
Standing in front of you saying, "I'm sorry for that night,"
And I go back to December all the time.
It turns out freedom ain't nothing but missing you.
Wishing I'd realized what I had when you were mine.
I'd go back to December, turn around and make it all right.
I go back to December all the time.

These days I haven't been sleeping,
Staying up, playing back myself leavin'.
When your birthday passed and I didn't call.
And I think about summer, all the beautiful times,
I watched you laughing from the passenger side.
Realized that I loved you in the fall.

And then the cold came, the dark days when fear crept into my mind
You gave me all your love and all I gave you was "Goodbye".

So this is me swallowing my pride
Standing in front of you saying, "I'm sorry for that night."
And I go back to December all the time.
It turns out freedom ain't nothing but missing you,
Wishing I'd realized what I had when you were mine.
I'd go back to December, turn around and change my own mind
I go back to December all the time.

I miss your tanned skin, your sweet smile,
So good to me, so right
And how you held me in your arms that September night –
The first time you ever saw me cry.

Maybe this is wishful thinking,
Probably mindless dreaming,
But if we loved again, I swear I'd love you right.

I'd go back in time and change it but I can't.
So if the chain is on your door I understand.

But this is me swallowing my pride
Standing in front of you saying, "I'm sorry for that night."
And I go back to December...
It turns out freedom ain't nothing but missing you,
Wishing I'd realized what I had when you were mine.
I'd go back to December, turn around and make it all right.
I'd go back to December, turn around and change my own mind

I go back to December all the time.
All the time.

Senin, 30 September 2013

17 Kado untuk Chiecha



17 kado untuk Chiecha
”Gimana Dis ? Chiecha udah sadar belum ?” Rivis terlihat panik sewaktu tahu kalau sahabatnya jatuh pingsan dilapangan basket.
“udah kok, dia nggak papa katanya cuma kecapekan aja.” Disti tersenyum menepuk pundak Rivis yang terus bergetar.
Chiecha adalah cewek manja yang lucu, imoet, dan ngegemesin banget. Siapa sih yang nggak suka sama dia, anaknya baik, ramah udah gitu cantik lagi. Tapi akhir-akhir ini kondisi tubuhnya terlihat drop abis. Dikit-dikit capek dikit-dikit pingsan pokoknya lemah banget Rivis adalah orang pertama yang khawatir banget sama keadaan Chiecha. Maklumlah, selain Chiecha adalah sahabat baiknya sekaligus cewek yang paling dia sayangi selama 2 tahun terakhir ini. Malangya, Rivis tak pernah punya keberanian seperti Yogi untuk mengatakan langsung pada Chiecha.
Malam itu Rivis memutar beberapa CD Rock untuk menenangkan gelisahnya. Jalan bolak-balik disamping ranjang tidurnya. Ya beginilah Rivis ketika tau kalo Chiecha kenapa-kenapa, nggak bakal bisa diam tidur dikamar. Dilihatnya kalender diatas meja belajarnya.
“20 hari lagi” telunjuknya meberpijak tepat diatas angka 2 pada kolom februari.                                                                                                                           ***
“kok udah sekolah sih Cha? Yakin lo udah baikan ? tampang masih pucet gitu dipaksain” Rivis khawatir jika  nanti terjadi sesuatu pada Chiecha.
“ih apaan sih lo. Gue nggak papa tahu. Liat nih gue sehat-sehat aja.” Pipinya ditepuk-tepuk beberapa kali.
“seminggu  lagi lo ultah kan Cha ? makan-makan dong.”
“iya, tenang aja. Lo mau minta makan 700 piring juga gue jabanin deh. Iya nggak Dis ?”
"haha gue Cuma mau minta Coffelate classic of Italia langsung dari tempatnya.”
Celetukan rivis membuat ketiganya kegelian. Disti mengangguk pelan, mulutnya monyong-monyong makan gorengan.
“hahahaha” 
“Kalo urusan kopi, sama cermin aja gue enggan berbagi, apalagi sama lo Vis.”
“hahaha”
tawapun pecah diantara mereka. 3 sekawan yang kemana-mana selalu bersama  yang selalu merasa tak lengkap ketika salah satu dari mereka absen dari jadwal tongkrongan. Nggak ada satupun dari mereka rela jika ada yang tersakiti. Rivis memang sangat menjaga Chiecha.  dibanding Disti tentu Chiecha lebih lemah, tapi dianya aja yang sok-sok kuat dihadapan orang-orang. Semenyedihkan apapun kondisinya Chiecha enggan bercerita pada siapapun termasuk orang-orang terdekatnya, bahkan orang tuanya sekalipun. Dia lebih  memilih bungkam, memendam dan menanggung semuanya sendiri dibanding harus melihat orang-orang cemas mengkhawatirkan kondisinya. Dia selalu bilang baik-baik saja selalu menganggap dirinya tidak kenapa-kenapa. dasar bodoh !
“ pokokna gue minta 17 kado dari lo Vis ! “
Anak-anak melongo mendengarnya. Gila ! 17 bung. Apa aja coba, masih untung dikasih yang ini eh nuntut banget. Haha
“ 17 ??? gila lo Cha. Bokek dong gue. Nggak mau !! nggak mau !!” Rivis ogah-ogahan menyanggupinya. Diitung aja kalo 1 kado 70 ribu berarti 7 di kali 70 ribu yang alhasil keluar  490 ribu melayang deh. Pelajar bung duit segitu kalo nggak minta ya bobol celengan deh. Sayang.
“gue nggak mau tahu pokonya 17 titik. Kalo dari lo Dis,  gue cuma minta  17 menit lo buat gue. Gimana ? “ layaknya bocah kecil yang minta mobil-mobilan dihari ultahnya, Chiecha meminta sok-sok iba.
“ ih Chiecha ngerik deh. Kenapa harus serba 17 sih. Apa mentang-mentang sweetseventeen gitu ??” Disti heran sama sohibnya ini, perayaan yang aneh. dia menolak pesta tapi lebih memilih waktu dan kado. Bukan Chiecha banget sebenarnya. Cewek yang gila fashion, gila gadget malah mangkir.
“udah-udah nggak usah pada banyak omong deh, Cuma kali ini kok gue minta sesuatu sama kalian. Biasanya kan kalian yang minta-minta ke gue. Sekali-kali boleh dong. “
“okeeee” keduanya menyahut bersama, Disti dan Rivis.
Hari demi hari berlalu, sekitar 15 kado sudah Rivis siapin buat Chiecha. Tapi dia tidak bersusah payah membobol tabunganya. Budgetnya sedikit, bukan  barang-barang mahal yang ada dalam kotak-kotak beraneka warna itu. Toh yang Chiecha minta kan jumlahnya 17 bukan harganya.
                                                                                ***
Akhirnya tiba juga 2 februari 2012. Hari jadi Chiecha yang ke 17. Jam 12 tepat dia dapet surprise kecil-kecilan dari ayah bundanya. Blackforest cake yang sama setiap tahunya, buatan orang yang sama dan rasa yang selalu sama. Bundanya memang special membuatkan blackforest yang satu ini khusus dihari-hari istimewa saja.
Pelukan dari kedua orang tuanya membuatnya sedikit terharu. Tapi selanjutmya dia memutuskan untuk kembali terlepap karena rasa sakit dikepalanya yang amat teramat sakit. Entah migren atau pusing biasa. Hingga pagi tiba sakit masih terasa, bahkan semakin hebat. dia memutuskan absen sekolah. Sohibnya bingung. Rivis dan Disti berusaha menghubunginya tapi hp-nya tidak aktif. Sms brkali-kali tapi tak ada balasan, pastilah tidak masuk.
“Kamu sakit lagi Cha ? “ Rivis mengusap-usap kening Chiecha, matanya berkaca-kaca melihat wajah pucat Chiecha. Suara pelan Rivis membangunkan tidurnya.
“kapan kalian kesini “ suaranya lemah tapi bukan Chiecha kalo dia tidak bersikeras bangun dari tidurnya. Disti hanya memandangiya tanpa kata.
“Mana 17 kado buat gue Vis ? kan lo udah janji” dengan tidak menambah volume suaranya Chiecha terus ngomong dan ngomomg. Meski sedang lemah seperti itu masih saja dia bisa tersenyum nyengir nagih kado. Dasar bodoh !
  “lihat...” Rivis mengangkat tas plastik ditangan kirinya karna tangan kananya masih bertengger di kening Chiecha.
Belasan kotak warna warni berkumpul dalam satu tas plastik. Mata Chiecha bungah menatapnya.
“ternyata lo serius, gue buka yaa” satu per satu kotak demi kotak terbuka. Hadiahnya memang biasa saja. Chiecha senyum-senyum melihat isinya, bukan karna berisi barang-barang yang lg uptodate melainkan kupulan benda sederhana. Sederhana banget.  Ada kotak pensil, kotak musik mungil, mie instans, make up, novel best seller, dan beberapa peralatan cewek bermerk x. Yang lebih konyol ketika kotak ke 14 di buka isinya bungkus coklat tanpa isi, yang ke 15 rok mini entah apa maksudnya. Yang ke 16 adalah buku diary, berharap Chieca nggak lagi lupa-lupa sama hal-hal yang perlu dicatat.
“kok nggak ada lagi Cuma 16 Vis ? kok nggak 17 ?”
“ yang ke 17 gue pengen lo sendiri yang langsung ngambil  itu kado”
“nggak mau gue.”
“yakin lo nggak mau Cha. Yang itu kado utama dari gue. “
Pandangan seketika blur, hidung mancung Rivis, mata sipit dan tahi lalat kecil dipelipisnya tak lagi tertangkap jelas oleh mata Chiecha. Samar-samar terlihat bibir Disti terlihat bergerak tak beraturan tapi entah apa yang dia katakan. Lalu “blukkkk”. Tubuh Ciecha jatuh ke ranjang hello kitty warna pink. Matanya terpejam, darah keluar dari lubang hidungnya. Warnanya tidak begitu pekat. Semua orang panik.
                                                                                ***
Tanah kuburan belum kering, Air matapun belum berhenti. Duka cita diantara sanak keluarga dan kerabat teramat dalam. Secepat itu Chiecha pergi. Berhenti mengukir kisah bersama orang-orang terkasihya. Pendarahan otak pada si pecandu kopi . Kedokteran memang membuktikan bahwa mengkonsumsi kopi secara berlebihan berpotensi menyebabkan serangan jantung, stroke, penyumbatan pembuluh dan pendarahan otak.  Gadis bodoh ini sangat menggilai kopi. Tapi sejak 4 tahun terakhir kecintaanya meningkat hebat. Setidaknya dia menghabiskan 4 sampai 5 cangkir kopi tiap harinya. Berlipat jumlahnya ketika masalah sedang ada bersamanya.  Gadis itu biasa berjam-jam di coffe shop menyibukkan diri dengan laptop dan kopi. Duduk seharian di teras rumah dan berteman kopi. Semua orang tahu akan kecintaanya itu tapi tak ada yang tahu betapa singkat kiprahnya. Kaffein  mematikannya pelan-pelan.  Tak ada satupun orang yang menyangka petaka itu menimpa gadis lugu sepertinya.
Tatapan mata Rivis kosong melihat sepeda hijaunya. Dipadang ilalang itu Rivis meneteskan air mata, bersama sebotol cairan. Cairan yang belum sempat ditiup menjadi gelembung-gelembung, lalu berterbangan di padang ilalang. Kado yang belum sempat Rivis persembahkan. Menyesal. Tak bisa mewujudkan setidaknya satu diantara impiannya . Naik sepeda bersama seseorang yang berarti lalu bermain gelembung di padang ilalang. Impian Chiecha.
 “Cha, gue sayang banget sama lo. Biarpun lo udah nggak ada tapi lo akan selalu hidup dihati gue. Ada yang harus lo mengerti, lo nggak akan ada gantinya“ air matanya jatuh tepat disudut senyum foto Chiecha. Satu yang Rivis sesalkan, Dia nggak pernah puya keberanian menyatakan perasaannya. Nggak pernah berani buat bilang sayag hanya karna orang itu sahabatnya, sampai akhirnya Sosok itu pergi. Dan kesempatan itu nggak ada lagi. :)
End.

Minggu, 29 September 2013

Gadis itu



Gadis itu...
Ketika mereka berjalan
Gadis itu mencoba berlari
Mereka duduk di caffe dan menyeruput secangkir cappucino
Gadis itu hanya tersenyum-senyum di gazebo
lalu meneguk es asongan
Mereka duduk menggenggam erat gadget
Dan gadis itu menggenggam erat mimpinya
Mimpi seorang pengandai
Tentang Melbourne, Hobart dan Sydney
Saat semua orang sibuk membicarakan Sekolah Tinggi dan Universitas
menghebohkan jurusan dan akreditasi
Gadis itu hanya diam
Diam untuk banyak hal
Mencoba mengimajinasikan masa depan dan kehidupan
Hatinya terus bergumam “Pasti ada jalan, bisa “
Biarpun diam-diam gerimis turun dari sudut matanya
 Tapi
Berhenti,
Lekaslah reda
Dari balik kepura-puraan itu
Mereka melihat lelah
Mereka melihat beban dari balik cermin
Dari balik bayangan gadis itu...

Jumat, 27 September 2013

Something



First
September adalah bulan hujan. kata orang nama bulan berakhiran “ber” identik dengan bulan becek, penuh hujan. Seperti hari ini, cuaca buruk. Mendungnya langit membuat Kitty ragu-ragu melanjutkan rencana datenya. Padahal Cay sudah menunggunya di gerbang sekolah.
Kitty terlihat clingak clinguk mencari seseorang. Tertangkaplah oleh pandangannya sesosok cowok putih berambut keriting. Tubuhnya yang tidak kurus terbungkus jaket hijau polos. Sementara dibahunya berselempang tas kecil dari kulit.
“hay” Cay bangkit dari mogenya dan melambaikan tangan kearah Kitty.
“hem” Kitty hanya tersenyum melangkah mengampiri Cay.         
Tanpa basa basi motorpun melaju kencang, tangan kiri Kitty memeluk erat pinggang Cay.
“Kit, sekarang sudah waktunya. Kita akan pergi kesurga bersama-sama” tangan ceking Cay menarik gas semakin kencang. Matanya berbinar-binar mengungkap bahagia.
“maksud lo apa ? nggak usah main-main deh. Bercanda lo tu nggak lucu tau.” Kitty mendengus kesal.
“berhenti bodoh !!!” kitty semakin ketakutan dengan kecepatan yang semakin tak terkendali lagi. Melihat kitty yang semakin parno’, Cay hanya tersenyum. Dan
“awassss.........!!! pohon....!!!” teriak Kitty lantang.
“aaaaaaaaaaw !!!” teriak keduanya berbarengan.
Mata kitty terbuka seketika. Ditatapnya betul-betul disekeliling ruangan, atap biru kamarnya adalah benda pertama yang dia sadari setelah terbangun dari tidurnya.
“uh, cuma mimpi ternyata.” Kitty mendengus kesal.
“Gila bener-bener gila kok bisa ya tuhan ngirimin mimpi seaneh itu, kenapa dimirip-miripin sama romeo juliet yang  mati konyol bersamaan. gue masih pengen sarjana tau !” kitty ngomel-ngomel sendiri , bantal guling yang sejak  orok menemaninya itu dipukulnya berkali-kali.
Diliriknya meja belajarnya, jam weker hello kittynya menunjukkan pukul 06.20 am. Kitty memang sangat menyukai  si tokoh yang satu itu, nyaris  semua bendanya berbau tokoh boneka kucing yang sudah mendunia itu. Apalagi pita merah ditelinganya itu benar-benar menggemaskan bagi Kitty.
“aduh calon telat nih”  Buru-buru disahutnya handuk bermotif kepala hello kitty dari balik pintu, lalu langsung ngeluyur mandi.
“kitty berangkat bund ...” seperti inilah setiap harinya, pamitan sambil berlalu. Tak perduli apa akan ada sahutan dari bundanya atau tidak, acuh saja.
Jam pertama ulangan akuntansi, gurunya itu super duper killer pake banget pokoknya. Dari pada harus bermasalah dengan siguru senior itu, Kitty memutuskan dandan seadanya saja. Kitty memang tergolong cewek yang cukup natural, tak seperti teman-temannya.cewek kelahiran 17 tahun lalu ini memang tak pernah memakai make up jenis apapun. Nggak ngerti gimana cara pake lipstik, gimananya cara nglukis garis mata pake airline. terus belepotan kalo pake maskara, lalu ngrasa risih liat warna warni icdou, blash on, dan semua hal yang sperti itu.
“risih tau pake gituan, ih boros lagi nambah-nambahin budget aja deh” selalu itu yang dia katakan tiap sahabat dekatnya ngajari dia dandan. Rira memang sangat feminim, pantas untuk urusan cowok sejak SD Kitty slalu kalah satu dua langkah dibanding Rira. Beauty isn’t make up begitulah prinsip Kitty. Padahal nggak semua cowok suka cewek yang naturalnya polos alias nggak kejamah make up sama sekali.
Seperti biasa, seragam putih abu-abu panjang, pake jilbab, sepatu ballet pink, ransel unyu garis-garis dan sedikit bedak tipis menyelimuti  wajahnya. Lesung pipitnya menambah manis garis senyumnya. Itulah gayanya. Simple tapi tetap menarik bukan.
Rira melempar gulungan kertas ke 2 meja didepannya. Berharap bu Ayuk tak melihat ulahnya itu. Tepat di meja Kitty gulungan itu berpijak, Kitty mengernyitkan dahi dan membukanya hati-hati.
“kok diem si Kitt ? susah ya soalnya? Makanya belajar :P ”
Tak ingin jadi biang gaduh, Kitty hanya tersenyum kearah Rira setelah  membaca memonya.
“ih cengengesan,  sok manis lo. “ kata Rira yajus lalu melanjutkan pertempuran dengan soal-soal akuntansi, debet kredit, neraca saldo dan genk-genkya itu.
Tettttttt. Tetttttt. Tetttttt. Yes pulang, dalam hati Kitty inilah yang dia tunggu. Tiba juga saatnya.
“balik yuk “ Rira nyengir agak aneh.
“gue mau jalan, lo mau ikut ?”
“kemana ?”
“sama Cay, paling ya ke kursi bambu main gitar berdua.”
“nggak ah. takut ganggu”
“yaudah, tuh liat Faiz udah nunggu lo dari tadi. Samperin gih. “ Kitty membiarkan sohibnya berlalu duluan ninggalin dia yang masih bingung dengan rencananya.
Bimbang banget rasanya. Aduh gimana ya, Tuhan Kitty bingung pake banget nget nget.
“jalan nggak jalan nggak jalan nggak jalan nggak jalan nggak “ mulutnya ngomel-ngomel sendiri sementara matanya melihat 10 jarinya yang tadinya berdiri lalu dilipat satu persatu. Terlalu asik, tak sengaja kepalanya nabrak seorang cowok yang sengaja berdiri didepan Kitty sejak tadi.
“ups sorry,” Kitty masih tertunduk memolototi jari kelingkingya yang berhenti di kata ‘nggak’ . wah bingung lagi kan.
“nggak mau noleh dulu ?” suara itu tak asing lagi ditelinga kitty. Saat Kitty mendongakkan kepalanya, benar saja Cay berdiri tepat dihadapan Kitty. wajah mereka terpaut 3 cm kira-kira.
Tanpa komando tanpa aba-aba lagi Cay meraih tangan kitty dan segera berlalu meninggalkan lingkungan sekolah.
Sudah hafal, kemana mereka akan pergi. Mereka disana mau ngapain terus scadulenya apa aja, pokoknya udah terpatri banget deh kebiasaan mereka itu. Minum segelas susu anget di warung Bu Tri,tempatnyantak jauhndari  kost temannya Cay. Lalu mereka bercanda-canda duduk berjam-jam dikursi  bambu main gitar berdua. Cay menggenjreng senar dan bersenandung sementara Kitty hanya tersenyum tersipu malu.
Mungkin juga mereka pergi kerumah neneknya Cay yang ramahnya minta ampun. Hubungan mereka bener-bener dapet lampu yang ijo banget pokoknya. Bahkan mereka sempat didesak agar lekas tunangan. Alasanya simpel biar salah satu dari mereka nggak pindah kelain hati. Tapi bukan Kitty namanya kalo nggak pandai ngeles biarpun sama orang tua sekalipun.
“gini mbah Kitty pengen lulus kuliah dulu baru mikirin kaya gitu. Maaf ni tapi belum kepengen buru-buru. Masih pengen ngejar toga dulu. ” segudang alasan pokoknya bejibun kalimat yang menyatakan intinya soal hati si iya pacarannya serius tapi soal status  hubungan masih belum tahap kesitu.
Kalo nggak mereka pergi ke cafe yang sedikit pengunjung, ya maklum orang pacaran kan butuh sesuatu yang romantis punya pokokya.mereka memilih tempat yang sekiranya bisa untuk berduaan lama ngobrol panjang lebar ini itu.
Tapi entahlah.












Second
gue sadar gue bodoh.
Guengelepasin orang yang  sayang banget sama gue demi orang yang mungkin tak memiliki rasa sayang sebesar dia.
Tapi satu, gue nggak lagi punya perasaan seperti 1,5 tahun yang lalu. Bukanya sudah mati, hanya saja semua pudar seiring bergantinya waktu dan berubahnya sikapnya  dia ke gue.
Itulah alasan kenapa gue ngebuka hati untuk orang lain, suatu saat nanti mungkin bisa menyayangi lebih dari dia. gue melihat dari sudut matanya bahwa benar2 ada luka disana. gue tau dengan jelas bahwa hatinya tak lagi baik2 saja. Kemudian dia menangis di bahu gue, nafasnya yang memburu bener-bener bikin gue bingung. Saat gue menghapus air matanya, gue tatap matanya penuh harap.
“lepasin gue kalo emang benar2 sakit”
Segera saja dia menyeka air matanya yg terjalur tumpah bersama malunya, bagaimana tidak. baru kali ini dia menangis didepan seorang cewek. Pelan2 ditarik nafasnya dari ujung hidung,
“Gue nggak bisa Kitt”
Gue tatap matanya skali lagi, kedua tangan gue memegangi tulang pipinya,
“pelan-pelan aja Cay, pasti bisa”
Dengan kasar dia menangkis tanganku dan berhambur ninggalin gue yang masih terheran2.
 gue jahat ! mungkin iya, disatu sisi gue menyakiti perasaan seseorang yang udah dengan tulus sayang sama gue, nerima semua kekurangan gue.Cay adalah satu-satunya orang yang palingg ngerti gue dibanding siapapun.  Dialah yang paling ngertiin gue disaat dulu. Tapi disisi lain gue baru aja mengkhianati seseorang yang sekarang telah resmi bestatus pacaran sama gue. Yaa, maafkan Kitty Ndie. Kitty ketemuan  sama mantan pacar Kitty tanpa ijin.. Kitty bahkan melakukan kesalahan untuk yang kedua kalinya. Karna kami sempat berpelukan melepas rindu 8 bulan lamanya tak bertemu. Bahkan berciuman. Gue malu mengatakannya, karna  gue tahu posisi kami sudahlah mantan. Tapi, jauh didalam hati rasa rindu itu masih nyata. Rasa sayang itu masih ada meski tak sebesar dulu, tapi semua masih ada .
Betapa marahnya Ndie ketika Kitty jujur kepadanya tentang semua ini,
“Mas kecewa ! Kitty tega ngelakukan ini sama mas ? “
“maaf mas, Kitty benar2 minta maaf. Kitty sadar Kitty  salah”
“kalau Mas mau, Mas bahkan bisa dengan mudah seperti itu, tinggal mengedipkan mata saja kalo memang mas menginginkanya. Tapi Mas nggak mau, karna apa... ?” kata2nya menggantung menahan emosi,  nafasnya yg memburu terdengar jelas dari balik telepon.
 “karna Mas menjaga hatimu !”
Kitty hanya diam, diam dan diam. Menyadari kesalahannya, rasanya ingin menangis tapi rasanya ini bukanlah saat yang tepat untuk menunjukkan betapa cengeng dirinya.
“Kitty yang mengajarinya. Apa Kitty minta mas melakukan hal yang sama ???”
Grafik emosinya semakin naik, dan Kitty hanya diam berpasrah diri menunggu kata selanjutnya dari mulut  Ndie. Mungkin saja dia akan bilang “putus” dengan penegasan nada yang sedikit keras. Atau mungkin dia akan bilang “mendingan kita udahan aja ya, udah cukup” dan dia mengatakan itu dengan sedikit pelan tapi bijaksana. Atau kata2 lain yang intinya hubungan mereka  itu “the end”. Pokoknya Kitty sudah berangan-angan hebat dan mulutnya hanya bisa diam menunggu hakim mengetuk palu keputusan.
“jawab Kitt !!! kenapa diam ???”
Kitty semakin ketakutan dibuatnya, sungguh baru kali ini Ndie terlihat semarah itu.
“ya enggg---gak Ndie, jangan”
Terbata2 Kitty mengatakanya, dasar bodoh pekiknya dalam hati. Mana tau kalo akan jadi seperti ini. Andai tau jadi begini tentu  takkan berani Kitty untuk melakukannya.
“sekarang Ndie maunya gimana”
“tunggu  ngabisin rokok sebatang dulu”
Terdengar dia meniupkan asap rokok keudara, tapi dari nada bicaranya emosi mulai turun perlahan2.
“maaf, Kitty  bener2 minta maaf.”
“yaudahlah”
Tuttt tuttt tutt, telepon terputus. Berkali-kali Kitty menelponnya  tapi slalu saja direject. Mungkin ada 10 panggilan tak terjawab dan beberapa sms dilayar hp Ndie . Sementara Kitty terus mencobanya sampai akhirnya pada panggilan yang ke 11 mas Ndie sudi mengangkatnya. Obrolannya semakin panjang lebar, mas Ndie yang lebih dewasa tentu dia memaafkan semua itu. Merekapun baikan dengan ultimatum Kitty  tidak akan pernah mengulangi ini lagi.
                                                ***
benar saja, Kitty tak lagi konek dengan mantanya, cowok nakal yang berhasil bertekuk lutut pada cewek biasa macam Kitty. Ya dialah Cay. Telepon darinya tak berani lagi Kitty angkat, sms pun tak ada yang dibalas. Cay marah, dia merasa Kitty sengaja mempermainkanya. Saat mereka LDR Cay di Kalteng Kitty diWonosobo terus memintanya pulang, tapi sekarang saat dia kembali Kitty sudah dengan yang lain. Satu bulan yang lalu Kitty dan Cay putus karna sebuah ego, ya ego masing-masing tepatnya. Dia bahkan berkali-kali memanggil Kitty dengan sebutan babi,bajingan, fuck dan anjing. Kitty tetap diam. Kitty jadi merasa serba salah. Jujur membuatku serba salah tak jujur membuatku semakin salah.
Dulu, saat Cay berselingkuh dibelakang Kitty, Kitty bahkan tidak sebenci itu. Mencacinya dengan kata-kata kasar yg menyakitkan hati. Padahal dia berselingkuh ketika masih berstatus pacaran dengan Kitty, berbeda dengan sekarang. Kitty memiliki hubungan dengan cowok lain disaat mereka benar2 sudah resmi berpisah 1 bulan lamanya. Lalu dimana letak kesalahannya ? ya, kesalahan Kitty adalah masih saja memberikan hararapan-harapan pada Cay saat sudah bersama Ndie.
“yang namanya jodoh pasti tidak akan kemana, percayalah jodoh itu sudah tertulis”
Kata2 itu yang slalu Kitty katakan untuk menguatkan Cay, meyakinkannya bahwa sekeras apapun kita memperjuangkan perasaan semua akan sia-sia jika memang itu bukan suratan. Dia slalu menganggap bahwa ini adalah cara Kitty membalas sakit hatinya dulu, padahal sungguh tak pernah Kitty bersiasat demikian.
Setengah tahun yang lalu, saat dimana usia hubungannya dengan Cay terhitung 2 bulan masalah terus datang berantai-rantai. Kitty semakin bingung, tak terhitung lagi banyaknya air mata yang tertumpah untuk menangisi cowok playboy itu. pikirnya Cay  tak punya hati. Bagaimana tidak, dia punya banyak cewek  yang bisa dengan mudah dia ajak jalan, bahkan diajak tidur. Semua pelan-pelan terbongkar.











Sisi,
Dari dulu sampai hari ini dia adalah orang yang paling Kitty benci. Ya seumur umur. Adik kelas Cay disekolah yang berhasil dibobol keperawanannya itu membuat Kitty iba awalnya.
“tolong lo tinggalin dia, jauhi dia, lupain dia” Sisi mengiba didepan Kitty.
“kenapa? Apa hak lo?” emosi Kitty mulai naik mendengar ucapannya.
“demi dia. Demi sikecil dalamperutku” lalu sisi terisak pelan.
Jeder !!! tiada mendung tiada hujan serasa petir menyambar tubuh kecil Kitty. kaget setengah mati. Bayi ???? itukah yang dia maksud?? Jadii??? Hp butut jadilah sasaranya, yang tak tahu menahu langsung dilempar jauh dari hadapannya. Untung tidak mati, masih tendengar getar beberapa kali. kitty rasa benda itu jatuh kekolong ranjang.
“nggak usah ngarang-ngarang cerita deh. Siapa si lo? Mantan?? “
“ kemarin-kemarin iya kami sedang bermasalah tapi kami belum putus. Sadar nggak sih lo cuma pelarian !”
“Oh  yaa??? Kita lihat Cay lebih milih LO atau GUE ?” Kitty geram menahan tangis yang berkumpul ditenggorokan. Sakit skali rasanya.
“dia tentu lebih milih gue, karna didalam sini ada darah dagingnya” dengan angkuhnya Sisi terus mengajak Kitty beradu mulut.
“ yakin banget lo ?” kata Kitty nyengir, bukan bermaksud menghina . tapi Kittylah yang tak yakin.
Untuk beberapa detik Sisi diam. Entah apa yang sedang dia rencanakan untuk menghancurkan hubungan Kitty dengan Cay.
“tolong , gue butuh pertanggung jawaban. Apa lo tega ? kita sama-sama cewek bukan?”, Dia kembali mengiba didepan Kitty.
 bingung, inikah tipu daya? Atau inikah keyataan pahit.
“ya udahlah kalau memang lo nggak bisa bantu gue. Biar gue gugurin aja anak ini. Toh tak ada satu orangpun yang menginginkannya” suara paraunya membuat Kitty yakin ini bukanlah sandiwara. Tak seperti yang dipikir sebelumnya. Kitty tak tega, Kitty memang butuh Cay dalam hari-harinya tapi mungkin Sisi jauh lebih butuh dia dibanding Kitty. Dan Kitty mengalah.
Tapi ini belum kalah. Ya masih satu mahluk lagi. Diraihnya hp malang itu, tangannya bergetar memencet2 angka demi angka . dan, tuttt. Tutt. tuttt. Lama sekali Cay mengangkat tapi sketika dia muncul dengan suara sok manisnya itu Kitty langsung menyerangnya dengan sejuta hujatan.
“hallo sayang”
“lo tega ya, tega banget sama gue. lo tu jahat banget tau nggak sih ?” Kitty pun diam sejenak..
“Maksud lo apa? gue nggak ngerti. Sumpah.” Dan Cay masih saja sok polos.
“SISI. Puas loooo !!!” emosi Kitty meluap-luap saat menyebut nama cewek sialan itu.
“dia ngomong apa aja ke lo? Biar gue jelasin semuanya,” dasar buaya, saat terpojokkan saja masih tetap berani membela diri. Songong.
“sakitt..”  buru2 Kitty matikan teleponya, tak sudi Kitty mendengar pembelaan bulshit dari mulut manisnya lagi. Sudah terlanjur sakit hatinya terlanjur terluka.
Kitty semakin kalut, air matanya pecah disudut luka, ini tentang pengkhiatan. Kitty menangis sejadi-jadinya. “Jangan netes lagi. Udah, mataku capek” rasa lelah membuatnya tertidur bersama luka penuh dari Cay.
                                                                                                ***
Hari senin, minggu pertama dibulan april menjadi hari galau bagi Kitty dan sahabat-sahabatnya. Intinya mereka merasakan sakit yang sama untuk luka  yang berbeda. Entah hanya kebetulan atau karna mereka berempat adalah soulmate.
“lo kenapa Kitt ? kok sembab gitu, semaleman nangisin apaan lo ?” Rira mengejek menyenggol-nyenggol bahu kiri Kitty.
“galau Kitt ?” tanya Puspa datar. Sementara tangan dan matanya enggan berpaling dari hp barunya.
“hiks hiks hiks. Cay selingkuh “ mata Kitty mulai berkaca-kaca lagi ketika hendak mereview kjadian smalam. Tak sanggup Kitty membagi ini dengan siapapun,terlalu dalam sakit hatinya.
“sama siapa siapa siapa ?” bodoh, Rira malah antusias dengan nyeseknya Kitty ini. Penasaran hebat.
“Namanya sisi, kemarin dia telpon gue”
“bilang apa dia ke lo ?”
“katanya gue tu cuma selingkuhan. Just it”
“maksudnya? Jadi Cay punya cewek sebelum lo?” Puspa melongo keheranan.
“iya, bukan hanya itu...”  ragu-ragu Kitty untuk menjelaskan kronologinya. Karna Kitty juga tak mau malu dihadapan teman-temanya mengenai kelakuan brandal Cay.
“terus ? ada lagi?” Rira terus mendesak dan Kittypun akhirnya terdesak.
“dia ngaku-ngaku udah diperawani sama Cay. Dia udah telat sebulan.” Bibir Kitty bergetar mengatakanya.
“dia hamil ???” puspa kaget, semuapun terkejut.
“haaaaaaaaaaaa???” kedua sohib Kitty itu melongo bego’.
Air mata Kitty pecah lagi, tak perduli suasana kelas yang amat gaduh baginnya tetap saja sunyi. Beberapa teman cowok nyamperin Kitty sekedar bertanya apa Kitty baik-baik saja atau tidak.
“are you ok ?” kata salah satu teman akrabnya, Damo namanya.
Kitty hanya menggeleng dan meminta Damo untuk tidak mengganggunya.
“hallo semua..” Disti yang baru datang menyapa kami bertiga dengan happy.
“ gue nggak mau tau pokonya hari ini nggak boleh ada air mata. Titik” Disti berusaha ngatur suasana yang lagi mellow bin galau
.“benar-benar hari galau sedunia yaa” Puspa menyeletuk meninggalkan kami bertiga yang masih berpijak diruang kelas.
“gue harus gimana Rir ? gue bingung.” Suara pelan Kitty nyaris tak dengar gadis lemot itu lagi, seperti biasa Rira memasang tampang begoknya cepat-cepat. Dia menatap Kitty ragu
“sudah, tinggalin aja dia.” Katanya datar, senyum di wajah Rira menguatkan Kitty untuk segera mengambil suatu keputusan. Mana mungkin akan diam sperti itu terus. Kittypun membalas senyuman itu pertanda dia siap mengambil langkah, siap untuk terluka lebih dalam , atau bahkan siap untuk mendapatkan kebahagiaan baru yang lebih sempurna.
“udah-udah nggak usah pada galau-galau deh. Sekarang kan tanggal 12, tau kan apa artinya ?” Disti yang nggak tau menahu tetap nggak mau tahu soal galau menggalau.
“Hari kita senang-senang teman-teman “
Kami berempat berpelukan. Kitty, Rira, Disti dan Puspa bersahabat sudah 2 tahun ini. 2 tahun di kelas yang sama kompleks duduk yang sama mereka sudah sangat akrab dan terbuka satu sama lain. Apapun mereka lakukan bersama, untuk ke toilet sekalipun harus personel lengkap tanpa absen satupun.
, ya setengah tahun yang lalu saat Kitty masih menggores pena bersama Cay. Sekarang tentu berbeda, Kitty sudah bersama orang baru yang jauh lebih baik dibanding Cay. Namanya Ndie. Beda umur kami sekitar 4 tahunan. Kitty cukup lama mengenalya, karena kebetulan rumah Ndie tak jauh dari rumah  Kitty. Hanya saja dulu mereka tak saling kenal. Tau ya hanya sebatas tau, tak pernah saling tegur saat bertemu. Baginya keajaibanlah yang mempertemukan mereka. pdKt berawal dari dunia maya, lalu smsan dan berbuntut panjang dari mulai telpon, nyatain cinta, sampai ketemu dan jalan bareng. Selang 1 bulan setelah putus dengan Cay aku menerima cintanya, ya tanggal 8 juni 2013 disuatu tempat, disuatu perasaan dan disuatu harapan. J
To be continue...